Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Featured Post

Membangun Generasi Emas

Mahasiswa kedokteran pasti memiliki planning ke depan akan lanjut ke mana dan sebagai apa. Kenyataannya, apabila kita bertanya ke mereka "mau lanjut spesialis apa, niih ?" Pasti kebanyakan akan menjawab obsgyn ( obstetry dan gynecology   a.k.a kebidanan dan kandungan) atau bedah atau penyakit dalam, dengan dalih uangnya paling banyak #ppfftt. Dan itu memang realita yang ada di mahasiswa kedokteran #curcol. Padahal ada satu ilmu kedokteran spesialistik yang menentukan masa depan manusia, yaitu ilmu kedokteran spesialis anak. Anak adalah suatu masa yang perlu kita jaga dengan sebaik mungkin. Apabila anak kita telantarkan, maka akan berdampak buruk untuk ke depannya. Masa anak-anak yang dimaksud di sini adalah mulai dari masa fertilisasi (pembuahan) antara sel spermatozoa  (sel jantan) dan sel ovum  (sel betina), lalu lahirlah neonatus  (bayi baru lahir), dan tumbuh berkembanglah menjadi anak-anak. Anak-anak adalah generasi emas, generasi yang akan menentu...

Ada Emas di Liang Sempit: Simpan Saja atau Sedekahkan?

Seperti biasa, tugas seorang koas (co-ass)  alias dokter muda adalah belajar. Salah satu cara belajarnya adalah belajar ke pasien. Belajar ke pasien ini bukan seperti belajar pedekate (pendekatan) untuk persiapan pedekate ke gebetan lho ya (kalau ini cukup untuk pemuda-pemudi yang terserang virus merah jambu saja) :D. Tapi belajar ke pasien ini berupa mencari tahu apa yang terjadi pada pasien dan menghubungkan dengan teori yang ada. Pada suatu kesempatan, ketika cara belajar tersebut diterapkan pada salah satu pasien yang sedang periksa ke Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher (THT-KL) di Rumah Sakit Pendidikan, ternyata ada satu hal yang tertemukan, dan itu perlu kita semua ketahui. Lalu, apakah itu? Telah tertemukan emas yang menumpuk di dalam liang yang sempit. Emas ini bukanlah emas biasa. Emas ini dimiliki oleh setiap insan. Emas ini sungguh tak ternilai harganya, karena tiada satu pun pertambangan yang bisa menambang dan memproduksinya, dan tiada satu pun...

Homeostasis yang Selalu Eksis

Pasti kamu tidak merasa asing dengan istilah yang satu ini. Yup , homeostasis. Tapi kalau kamu masih merasa asing, coba deh baca tulisan di bawah ini dulu :D Homeostasis merupakan kondisi seimbang dalam tubuh, yang hanya dapat dipertahankan dengan cara saling mengkompensasi kondisi yang terjadi dalam tubuh. Makanan apa tuh kompensasi? :D Coba kamu ingat-ingat lagi ya. Kalau ada sebagian tubuh yang sakit, maka sebagian lainnya atau bahkan seluruh tubuh akan merasakan sakit juga bukan? Iya gak ? Pasti pernah dong mengalami hal ini?:D Perlu kamu ketahui bahwa hal ini merupakan salah satu wujud adanya proses kompensasi tubuh terhadap kondisi sakit. Misalnya nih , ada anak kecil rajin banget beli jajanan pinggir jalan, bahkan kerajinannya mengalahi rajinnya kamu kepo instagramnya si doi :D #Eh. Dengan adanya kejadian itu, akhirnya si anak mengeluh sakit di tenggorok terutama sakit bila dipakai untuk menelan. Menelan ludah saja sudah sakit, apalagi menelan makanan. Berart...

Lansia? Menjadi Tua Itu... [Part 1]

Ketika kita mendengar kata lansia, pasti yang akan terlintas di benak kita adalah menjadi tua. Lalu, apa yang terjadi bila nantinya kita menjadi tua? Yuk, kita cari tahu jawabannya! Menjadi tua erat kaitannya dengan beberapa istilah seperti aging , senescence, dan homeostenosis. Aging memiliki makna berupa bertambahnya umur. S enescence  memiliki arti menjadi tua, hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang. Adapun homeostenosis  adalah penyempitan atau berkurangnya cadangan homeostasis , dimana homeostasis merupakan kondisi seimbang dalam tubuh. Menjadi tua itu pasti, karena adanya mekanisme dalam tubuh yang membuat cadangan fisiologi (fungsi tubuh) menurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa teori, seperti teori radikal bebas, glikosilasi, dan DNA repair, dimana teori-teori tersebut menunjukkan adanya mekanisme berkurangnya cadangan fungsi tubuh pada manusia seiring dengan bertambahnya usia. Bahkan konsep homeostenosis  menunjukkan bah...

Bukan Surat Kaleng-Kaleng

Tanpa disengaja aku menemukan secarik kertas di tumpukan textbook-textbook kedokteran yang memenuhi ruang kamar layaknya perpustakaan. Tanpa aku sadari, ternyata secarik kertas tersebut merupakan sepucuk surat. Ya, surat yang bukan sekedar surat kaleng-kaleng. Surat tersebut aku sebut sebagai bukan surat kaleng-kaleng karena isi suratnya memang bukan kaleng-kaleng. Di dalam surat tertuliskan, "Assalamu'alaikum!! Halo Mbak Tut!!! Seneng bisa ketemu sama Mbak Tut, cantik, sholehah, pinter, dokter muda :) Mbak Tuti sayang, semoga Allah selalu meridhoi langkah dan niat-niat baik Mbak Tuti :) Aamiin* Semoga kita bisa bertemu kembali di lain waktu ya Mbak Tut cantik <3 Salam sayang, Anggi." Selepas membaca surat tersebut, memoriku pun mencoba untuk merekam kembali kejadian apa yang telah terjadi sehingga menimbulkan keberadaan surat tersebut. Ah, ternyata kejadian itu terjadi di Kota Solo tercinta, tepatnya di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS...

Sehatnya Ibu Menyusui Versi Kolaborasi Nilai Islam dan Psikososial

Ibu merupakan sosok wanita yang telah memiliki suami, yang sudah atau belum melahirkan anak. Dalam keluarga, seorang ibu memiliki posisi tertinggi sebagai pengelola jalannya roda rumah tangga, yang bertanggungjawab terhadap suami, anak, dan rumah tangga. Dalam kesehatan, ibu memiliki tiga fungsi pokok ( faal ) yaitu mengandung, melahirkan, dan menyusui. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa ibu bukanlah perempuan biasa. Bahkan kalam Ilahi telah mengabadikan sosok seorang ibu sebagai berikut ini, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. Be...

Menunggu: Terjadinya Pergolakan Batin

Waktu itu jam di dalam ruang operasi menunjukkan Pkl. 11.32 WIB. Di menit-menit menuju berkumandangnya adzan Dzuhur itu, lahirlah seorang anak manusia dari rahim ibundanya. Alhamdulillah bayi ini lahir dalam kondisi sehat dan normal. Di momen itu aku sebagai koas anak (koas anak adalah mahasiswa kedokteran yang memasuki fase profesi dokter alias dokter muda yang dalam masa studinya berada pada stase atau departemen ilmu kesehatan anak) berperan selayaknya seorang dokter spesialis anak #ceileh #BerharapBangetKaliYak :D. Tentunya di situ aku berperan untuk menangani si bayi. Tapi sebelum si bayi ini keluar dari rahim ibunya, aku sempat mengalami pergejolakan dalam hati kecilku. Yup, menunggu. Saat detik demi detik proses operasi aku hanya bisa menunggu hingga si bayi keluar. Di saat menunggu itulah aku mengalami pergejolakan batin. Ada rasa cemas dan khawatir barangkali bayi ini nanti keluar dengan kondisi tidak sehat dan tidak normal. Ada rasa suka dan bahagia apabila nanti s...

Mujahadatul Linafsihi sebagai Upaya Perbaikan Kesehatan dan Moral pada Penderita Homoseksual

Seiring berjalannya waktu dan seiring berkembangnya teknologi serta seiring majunya peradaban, kehidupan di dunia ini semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan tersebut salah satunya ditunjukkan dengan adanya fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) yang beberapa tahun ini sedang marak-maraknya. Dilansir dari portal online Republika yang dirilis pada Januari 2016, terdapat dua jaringan nasional orgnisasi LGBT yang menaungi 119 organisasi di 28 provinsi sejak akhir 2013. Kedua jaringan tersebut antara lain JGWLINA (Jaringan Gay, Waria, dan Laki-Laki yang Berhubungan Seks dengan Laki-Laki lain Indonesia) yang didirikan pada Februari 2007 dan Forum LGBTIQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Interseks, Queer ) Indonesia yang didirikan pada 2008. Adapun angka pelaku LGBT di Indonesia ditunjukkan pada data Kementrian Kesehatan tahun 2012 yang menyatakan bahwa terdapat 1.095.970 pria yang hidup dengan perilau seks sesama pria (LSL atau Lelaki Seks dengan Lelaki).  ...