Mahasiswa kedokteran pasti memiliki planning ke depan akan lanjut ke mana dan sebagai apa. Kenyataannya, apabila kita bertanya ke mereka "mau lanjut spesialis apa, niih ?" Pasti kebanyakan akan menjawab obsgyn ( obstetry dan gynecology a.k.a kebidanan dan kandungan) atau bedah atau penyakit dalam, dengan dalih uangnya paling banyak #ppfftt. Dan itu memang realita yang ada di mahasiswa kedokteran #curcol. Padahal ada satu ilmu kedokteran spesialistik yang menentukan masa depan manusia, yaitu ilmu kedokteran spesialis anak. Anak adalah suatu masa yang perlu kita jaga dengan sebaik mungkin. Apabila anak kita telantarkan, maka akan berdampak buruk untuk ke depannya. Masa anak-anak yang dimaksud di sini adalah mulai dari masa fertilisasi (pembuahan) antara sel spermatozoa (sel jantan) dan sel ovum (sel betina), lalu lahirlah neonatus (bayi baru lahir), dan tumbuh berkembanglah menjadi anak-anak. Anak-anak adalah generasi emas, generasi yang akan menentu...
Seiring berjalannya waktu dan seiring berkembangnya teknologi serta seiring majunya peradaban, kehidupan di dunia ini semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan tersebut salah satunya ditunjukkan dengan adanya fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) yang beberapa tahun ini sedang marak-maraknya. Dilansir dari portal online Republika yang dirilis pada Januari 2016, terdapat dua jaringan nasional orgnisasi LGBT yang menaungi 119 organisasi di 28 provinsi sejak akhir 2013. Kedua jaringan tersebut antara lain JGWLINA (Jaringan Gay, Waria, dan Laki-Laki yang Berhubungan Seks dengan Laki-Laki lain Indonesia) yang didirikan pada Februari 2007 dan Forum LGBTIQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Interseks, Queer) Indonesia yang didirikan pada 2008. Adapun angka pelaku LGBT di Indonesia ditunjukkan pada data Kementrian Kesehatan tahun 2012 yang menyatakan bahwa terdapat 1.095.970 pria yang hidup dengan perilau seks sesama pria (LSL atau Lelaki Seks dengan Lelaki).
Kata LGBT merupakan akronim yang memiliki kepanjangan Lesbian Gay Biseksual Transgender, dimana masing-masing kata yang menyusunnya memiliki makna yang berbeda-beda. Lesbian adalah sebutan bagi seorang perempuan yang memiliki ketertarikan seksual dengan sesama perempuan (homoseksualitas pada perempuan). Gay adalah sebutan bagi seorang laki-laki yang memiliki ketertarikan seksual dengan sesama laki-laki (homoseksualitas pada laki-laki). Biseksual adalah seseorang yang memiliki ketertarikan seksual yang sama kuat terhadap laki-laki dan perempuan. Dan transgender adalah seseorang yang beralih gendernya, misalkan laki-laki beralih ke perempuan, atau perempuan beralih ke laki-laki (apabila alat kelaminnya juga diubah, maka namanya bukan sekedar transgender lagi melainkan transeksual).
Setiap insan manusia pasti memiliki jenis kelamin, dimana penentuan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan yang berperan dalam penentuan jenis kelamin adalah keadaan fisiologis, dimana bila hormon yang berkaitan dengan kelamin tidak seimbang maka pernyataan fenotip (wujud fisik) pada kelamin dapat berubah. Sedangkan faktor genetik yang menentukan jenis kelamin adalah pada susunan kromosom. Adanya hal ini menunjukkan bahwa penentuan jenis kelamin merupakan kuasa dari Allah, sebagaimana dalam firman-Nya pada Al Qur’an Surah Luqman Ayat 34 yang artinya "Dan Dia (Allah) lah yang mengetahui apa-apa yang berada di dalam Rahim".
Ilmu genetika menyatakan bahwa manusia memiliki nukleus (inti sel) yang mengandung 22 pasang kromosom autosom dan 1 pasang kromosom seks. Kromosom seks terdiri dari kromosom X dan Y, yang nantinya akan menginterpretasikan jenis kelamin seseorang apakah laki-laki atau perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa memang sudah menjadi kodrat Ilahi bahwa manusia diciptakan dalam wujud laki-laki atau perempuan, sebagaimana dalam firman-Nya Al Qur’an Surat Al Hujurat Ayat 13 yang artinya "Hai manusia, sesungguuhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu diisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesunggunya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". Dan hal ini juga menunjukkan bahwa fenomena LGBT sudah sangat jelas menyalahi kodrat dari Allah SWT.
Dalam LGBT memuat hal tentang gender dan seksualitas, dimana kedua hal ini bukanlah hal yang sama. Menurut Oakley (1972) gender merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial yakni perbedaan yang bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (bukan kodrat) melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Adapun seksualitas dapat didefinisikan secara biologis dan psikologis, dimana secara biologis berarti organ genitalia (alat kelamin). Dan tidak semua LGBT melakukan perubahan pada seksualitasnya, namun ada yang hanya melakukan perubahan pada gendernya.
Unsur seksualitas yang termuat dalam LGBT merupakan homoseksualitas. Sesuai dengan definisinya bahwa homoseksualitas merupakan kondisi tertarik seseorang terhadap orang dari jenis kelamin yang sama, penderita homoseksual ini dapat ditemui selayaknya pria pada umumnya atau selayaknya wanita pada umumnya atau berpenampilan sebaliknya seperti pada seorang banci atau waria. Islam memandang homoseksulitas ini sebagai hal yang menyimpang, sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Al A’raf Ayat 80 hingga 81 yang artinya "Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya. 'Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian?' Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampui batas".
Dalam ilmu kesehatan, homoseksual dapat menyebabkan penyakit infeksi menular seksual, seperti yang salah satunya AIDS (Acquired Immunodefficiency Syndrome). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016, terdapat 15,8% kasus AIDS di Indonesia yang faktor risikonya homoseksual. Sedangkan penyakit AIDS hingga saat ini belum ditemukan obatnya, yang hanya ada obat anti virusnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa homoseksualitas sebagai unsur dalam LGBT membawa dampak negatif pada kesehatan.
Tak hanya kesehatan yang menjadi objek yang terkena imbas dari homoseksualitas. Moral pun juga menjadi imbasnya. Seorang pelaku homoseksualitas akan dengan mudahnya melakukan hubungan seksual dengan sesama jenisnya tanpa memandang norma yang ada, sehingga dapat dikatakan bahwa mengalami degradasi moral. Degradasi moral yang terjadi diantaranya tidak memiliki rasa malu lagi karena sudah berani melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis, tidak peduli dengan nasihat kebaikan di sekitar karena di Indonesia identik dengan budaya ketimuran yang salah satunya ditunjukkan dengan saling nasihat-menasihati.
Berdasarkan realitas di atas, maka sudah seharusnya diinisiasi upaya untuk memperbaiki kesehatan dan moral pada penderita homoseksual. Di sini orang yang mengalami homoseksual disebut sebagai penderita, karena homoseksual dapat disebut sebagai penyakit atau gangguan dalam struktur sosial seperti halnya dengan LGBT. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui mujahadatul linafsihi.
Mujahadatul linafsihi adalah berjuang melawan hawa nafsu. Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu dari kunci sukses seorang Muslim, selain akidah yang bersih (salimul akidah), ibadah yang benar (shahihul ibadah), akhlaq yang kokoh (matinul khuluq), kekuatan jasmani (qowiyyul jismi), cerdas dalam berfikir (mutsaqqoful fikri), pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi), teratur dalam suatu urusan (munazhzhamun fi syuunihi), memilki kemampuan usaha sendiri (qodirun alal kasbi), dan bermanfaat bagi orang lain (nafi'un lighoirihi). Berdasarkan Al Qur’an Surah Shaad Ayat 26 yang artinya "Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan", maka ayat ini menunjukkan bahwa setiap Muslim tidak dianjurkan untuk mengikuti hawa nafsunya. Dalam hadits yang diriwayatkan Hakim, yang artinya "Tidak beriman seseorang dari kamu, sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)", juga menunjukkan bahwa mengikuti hawa nafsu bukanlah hal yang baik.
Ketika seorang penderita homoseksualitas mencoba untuk berjuang melawan hawa nafsunya, harapannya dia akan menanamkan dalam pikirannya supaya tidak dengan mudahnya melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis, yang nantinya akan mempengaruhi perilakunya supaya benar-benar tidak melakukan hubungan seksual sesama jenis. Sesungguhnya manusia diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk berupaya dalam menjalankan kehidupannya, termasuk bagi para penderita homoseksualitas ini.
(Catatan: tulisan ini pernah dilombakan pada Metamorphosa Competition 2018)
Comments
Post a Comment