Mahasiswa kedokteran pasti memiliki planning ke depan akan lanjut ke mana dan sebagai apa. Kenyataannya, apabila kita bertanya ke mereka "mau lanjut spesialis apa, niih ?" Pasti kebanyakan akan menjawab obsgyn ( obstetry dan gynecology a.k.a kebidanan dan kandungan) atau bedah atau penyakit dalam, dengan dalih uangnya paling banyak #ppfftt. Dan itu memang realita yang ada di mahasiswa kedokteran #curcol. Padahal ada satu ilmu kedokteran spesialistik yang menentukan masa depan manusia, yaitu ilmu kedokteran spesialis anak. Anak adalah suatu masa yang perlu kita jaga dengan sebaik mungkin. Apabila anak kita telantarkan, maka akan berdampak buruk untuk ke depannya. Masa anak-anak yang dimaksud di sini adalah mulai dari masa fertilisasi (pembuahan) antara sel spermatozoa (sel jantan) dan sel ovum (sel betina), lalu lahirlah neonatus (bayi baru lahir), dan tumbuh berkembanglah menjadi anak-anak. Anak-anak adalah generasi emas, generasi yang akan menentu...
Seperti biasa, tugas seorang koas (co-ass) alias dokter muda adalah belajar. Salah satu cara belajarnya adalah belajar ke pasien. Belajar ke pasien ini bukan seperti belajar pedekate (pendekatan) untuk persiapan pedekate ke gebetan lho ya (kalau ini cukup untuk pemuda-pemudi yang terserang virus merah jambu saja) :D. Tapi belajar ke pasien ini berupa mencari tahu apa yang terjadi pada pasien dan menghubungkan dengan teori yang ada.
Pada suatu kesempatan, ketika cara belajar tersebut diterapkan pada salah satu pasien yang sedang periksa ke Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher (THT-KL) di Rumah Sakit Pendidikan, ternyata ada satu hal yang tertemukan, dan itu perlu kita semua ketahui. Lalu, apakah itu?
Telah tertemukan emas yang menumpuk di dalam liang yang sempit. Emas ini bukanlah emas biasa. Emas ini dimiliki oleh setiap insan. Emas ini sungguh tak ternilai harganya, karena tiada satu pun pertambangan yang bisa menambang dan memproduksinya, dan tiada satu pun pertokoan yang mampu memperjualbelikannya. Emas macam apa ini? Yang pasti bukan "e Mas Joko" atau "e Mas Bejo", lho ya :D
Emas ini merupakan serumen alias kotoran telinga yang akan kita jumpai di liang sempit yakni di liang telinga. Coba deh kamu perhatikan, terutama pas kamu lagi iseng mengeluarkan si emas tersebut. Pasti warna kuning kecokelatan yang dimiliki si kotoran telinga ini mirip emas bukan? :D
By the way, kok si emas itu bisa ada di liang sempit ya? Hmmm...
Iya dong, so pasti itu bisa :)
Kotoran telinga atau yang dalam istilah medisnya disebut serumen merupakan hasil produksi beberapa kelenjar (kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa) dan salah satu komponen kulit (yaitu epitel kulit) di liang telinga yang terlepas kemudian bercampur dengan partikel debu. Keberadaan si emas yang satu ini adalah hal yang normal pada setiap orang. Normalnya, emas ini bisa keluar dari liang telinga sendiri, lho, tanpa harus kamu korek-korek pakai bulu ayam #Eh #KebiasaanSiapaIni? :D
Lagi-lagi Sang Maha Agung juga mengambil peran dalam urusan si emas satu ini, karena si emas dapat keluar sendiri dengan cara berpindahnya (migrasi) epitel kulit (epitel kulit tuh bagian terluarnya kulit ya) dari arah gendang telinga menuju ke luar. Selain dengan cara tersebut, emas ini juga bisa keluar ketika kita sedang menggerakkan rahang kita contohnya saat kita sedang mengunyah. Keren bukan? :D
Tetapi, mengapa harus ada si emas ini di liang sempit ya?
Perlu kamu ketahui nih, bahwa si emas yang satu ini punya efek proteksi lho. So pasti efek proteksi ini gak selayaknya efek proteksi gebetanmu ke kamu lho ya :D. Efek proteksi yang dimiliki si emas ini adalah mengikat kotoran dan menyebarkan aroma yang tidak disenangi serangga sehingga serangga malas gerak alias mager untuk masuk ke liang telinga. Itulah mengapa keberadaan si emas ini normal pada setiap insan.
Emas yang wujudnya lunak ini, kadang bisa berwujud keras dan kering. Kalau sudah keras, kering, dan menumpuk banyak di dalam liang telinga hingga membentuk gumpalan, lama-lama jadi gak normal lho, karena dapat menyebabkan gangguan pendengaran berupa menurunnya daya pendengaran yang disebut tuli konduktif. Tumpukan si emas ini sering terjadi ketika telinga masuk air misalnya saat berenang atau secara tidak sengaja air masuk ke dalam telinga saat mandi, karena si emas akan mengembang dan akhirnya menyebabkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran berupa telinga menjadi gembrebeg.
So, kalau kamu punya tumpukan emas di liang sempit, mau kamu simpan saja atau disedekahkan nih? :D #ThinkAgain
🤣🤣🤣 sungguh Allah maha segala galanya...banyak orang sibuk dengan berbagai cara untuk menumpuk numpuk harta, justru harta yang terpendam dalam tubuhnya tidak dia sadari
ReplyDeletenah, itu dia :D
Delete