Skip to main content

Featured Post

Membangun Generasi Emas

Mahasiswa kedokteran pasti memiliki planning ke depan akan lanjut ke mana dan sebagai apa. Kenyataannya, apabila kita bertanya ke mereka "mau lanjut spesialis apa, niih ?" Pasti kebanyakan akan menjawab obsgyn ( obstetry dan gynecology   a.k.a kebidanan dan kandungan) atau bedah atau penyakit dalam, dengan dalih uangnya paling banyak #ppfftt. Dan itu memang realita yang ada di mahasiswa kedokteran #curcol. Padahal ada satu ilmu kedokteran spesialistik yang menentukan masa depan manusia, yaitu ilmu kedokteran spesialis anak. Anak adalah suatu masa yang perlu kita jaga dengan sebaik mungkin. Apabila anak kita telantarkan, maka akan berdampak buruk untuk ke depannya. Masa anak-anak yang dimaksud di sini adalah mulai dari masa fertilisasi (pembuahan) antara sel spermatozoa  (sel jantan) dan sel ovum  (sel betina), lalu lahirlah neonatus  (bayi baru lahir), dan tumbuh berkembanglah menjadi anak-anak. Anak-anak adalah generasi emas, generasi yang akan menentu...

Resolusi Tahun Baru VS Resolusi Abadi


Manusia hidup, bukan untuk sekedar hidup.

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup dengan berbagai karakteristiknya, tidak diciptakan Allah SWT, melainkan untuk beribadah kepada-Nya, dimana hal ini sesuai dengan Al Qur'an surah Adz Dzariyat ayat 56. Ibadah yang dimaksud bukan sekedar ibadah spiritual seperti sholat dan puasa, namun segala hal yang dilakukan manusia yang diniatkan karena dan untuk Allah SWT. Salah satu perwujudan dari ibadah seorang manusia kepada Allah SWT adalah membuat rencana.

Hari ini merupakan hari kedua di awal tahun 2018 Masehi. Kebanyakan orang membuat resolusi atau wacana atau rencana yang akan mereka lakukan selama tahun 2018, yang harapannya resolusi tersebut menunjukkan bahwa tahun 2018 lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Maksud dari kata "lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya" dapat dimaknai sebagai sebatas hal-hal duniawi yakni sukses di dunia, atau dapat dimaknai sebagai hal-hal ukhrawi (yang berhubungan dengan akhirat) yakni sukses di akhirat, atau juga dapat dimaknai kedua-duanya.

Ketika membuat resolusi untuk tahun baru, pasti akan terlintas di pikiran tentang kejadian-kejadian yang telah dialami di tahun sebelumnya. Beberapa dari kejadian tersebut ada yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan beberapa lainnya tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Dengan adanya hal tersebut, maka sudah seharusnya manusia ingat dan sadar bahwa sepandai-pandainya manusia membuat suatu rencana, tetaplah Allah SWT yang paling pandai membuat rencana, dimana hal ini sesuai dengan Al Qur'an surah Ali Imran ayat 54 yang artinya "Dan berencanalah kalian, Allah membuat rencana. Dan Allah sebaik-baik perencana."

Sebagus dan sebaik apapun resolusi awal tahun yang dibuat manusia, namun ketika Sang Maha Berkehendak telah menetapkan rencananya sebagai resolusi yang sifatnya kekal atau abadi dan telah memutuskan keputusannya, maka resolusi awal tahun tersebut hanya berakhir sebagai wacana belaka. Akan tetapi, ketika manusia tahu dan sadar tentang hal ini, bukan berarti akhirnya manusia menyerah begitu saja akan kelangsungan hidupnya di tahun baru. Bukan berarti seseorang menganggap bahwa hidup hanya sekedar hidup, maka biarkan begitu saja bagaikan air yang mengalir dari hulu ke hilir.

Kesadaran manusia tentang "the best planner is Allah SWT"  (perencana terbaik adalah Allah SWT) harusnya tetap diiringi dengan kesadaran bahwa manusia perlu untuk berencana sebagai wujud usaha perbaikan dirinya yang tentunya sesuai dengan koridor nilai-nilai Islam, dimana hal ini sesuai dengan Al Qur'an surah Al Ankabut ayat 69 yang artinya "Dan orang-orang yang berusaha untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."

Selagi hari ini masih awal tahun 2018, maka mari perbaikilah resolusi tahun baru yang awalnya masih berupa resolusi yang terkesan main-main atau hura-hura menjadi resolusi yang benar-benar menjadi rencana untuk menjadikan diri ini lebih bersifat dan bernilai positif.


(Tulisan ini terinspirasi dari insidensi yang berbahaya pada tanggal 31 Desember 2017)


Comments

Popular Post

Bukan Surat Kaleng-Kaleng

Tanpa disengaja aku menemukan secarik kertas di tumpukan textbook-textbook kedokteran yang memenuhi ruang kamar layaknya perpustakaan. Tanpa aku sadari, ternyata secarik kertas tersebut merupakan sepucuk surat. Ya, surat yang bukan sekedar surat kaleng-kaleng. Surat tersebut aku sebut sebagai bukan surat kaleng-kaleng karena isi suratnya memang bukan kaleng-kaleng. Di dalam surat tertuliskan, "Assalamu'alaikum!! Halo Mbak Tut!!! Seneng bisa ketemu sama Mbak Tut, cantik, sholehah, pinter, dokter muda :) Mbak Tuti sayang, semoga Allah selalu meridhoi langkah dan niat-niat baik Mbak Tuti :) Aamiin* Semoga kita bisa bertemu kembali di lain waktu ya Mbak Tut cantik <3 Salam sayang, Anggi." Selepas membaca surat tersebut, memoriku pun mencoba untuk merekam kembali kejadian apa yang telah terjadi sehingga menimbulkan keberadaan surat tersebut. Ah, ternyata kejadian itu terjadi di Kota Solo tercinta, tepatnya di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS...