Mahasiswa kedokteran pasti memiliki planning ke depan akan lanjut ke mana dan sebagai apa. Kenyataannya, apabila kita bertanya ke mereka "mau lanjut spesialis apa, niih ?" Pasti kebanyakan akan menjawab obsgyn ( obstetry dan gynecology a.k.a kebidanan dan kandungan) atau bedah atau penyakit dalam, dengan dalih uangnya paling banyak #ppfftt. Dan itu memang realita yang ada di mahasiswa kedokteran #curcol. Padahal ada satu ilmu kedokteran spesialistik yang menentukan masa depan manusia, yaitu ilmu kedokteran spesialis anak. Anak adalah suatu masa yang perlu kita jaga dengan sebaik mungkin. Apabila anak kita telantarkan, maka akan berdampak buruk untuk ke depannya. Masa anak-anak yang dimaksud di sini adalah mulai dari masa fertilisasi (pembuahan) antara sel spermatozoa (sel jantan) dan sel ovum (sel betina), lalu lahirlah neonatus (bayi baru lahir), dan tumbuh berkembanglah menjadi anak-anak. Anak-anak adalah generasi emas, generasi yang akan menentu...
Manusia sebagai satu-satunya makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT dalam bentuk sebaik-baiknya, sudah selayaknya memiliki kepribadian yang sebaik-baiknya pula, sebagaimana dalam Al Qur’an Surah At Tiin ayat 4 yang berbunyi, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Kepribadian seseorang akan menentukan kesuseksannya dalam menjalankan kehidupan di dunia yang fana ini dan di alam akhirat yang kekal kelak. Kesuksesan ini dapat diraih setiap insan yang memiliki muwashofat sakhiyyah islamiyah. Muwashafat sakhiyah islamiyah merupakan ciri-ciri kepribadian seorang muslim, yang memang seharusnya dimiliki umat Islam.
Terdapat sepuluh kriteria pribadi seorang muslim, antara lain: salimul aqidah yakni aqidah yang baik sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Al An’am ayat 162 yang artinya “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”, sahihul ibadah yakni ibadah yang benar sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Ali ‘Imran ayat 31 yang artinya “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”, matinul khuluq yakni akhlaq yang mulia sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”, mujahidul linafishi yakni bisa mengendalikan hawa nafsu sebagaimana pada hadits riwayat Hakim yang artinya “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam).”, mutsaqqoful fikri yakni berwawasan luas sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah ayat 219 yang artinya “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ‘Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,”, qodirun ‘alal kasbi yakni mempunyai pekerjaan sendiri sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah ayat 172 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”, qowiyyul jismi yakni sehat jasmani, munazhzhamun fi syuunihi yakni hidup teratur, haritsun ‘alal waqtihi yakni pandai mengelola waktu, dan nafi’un lighoirihi yakni bermanfaat untuk orang lain sebagaimana hadits riwayat Qudhy dan Jabir bahwa Rasulullah pernah bersabda yang artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Keseluruhan ciri-ciri tersebut memiliki porsi yang seimbang untuk membentuk jati diri seorang muslim yang sesungguhnya.
Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya, “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”. Sehat jasmani atau qowiyyul jismi sudah selayaknya dimiliki umat Islam di muka bumi ini, di samping harus memilihi ruh yang sehat. Sebagaimana definisi sehat berdasarkan World Health Organisation (WHO) pada tahun 1938, dimana sehat merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, maka sehat jasmani termasuk ke dalam kategori sehat secara umum.
Kondisi lingkungan saat ini telah dipenuhi dengan maraknya teknologi yang canggih, yang salah satunya adalah meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi. Jarak yang dekat akan terasa jauh apabila ditempuh tanpa menggunakan kendaraan bermotor. Lelah penuh dengan keringat akan dikeluhkan oleh orang-orang yang terbiasa menggunakan kendaraan bermotor apabila tiba-tiba mereka tidak bisa menggunakannya. Ironi memang, tapi ini kenyataan yang ada saat ini, sehingga banyak orang yang lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor dibanding berjalan kaki, walaupun jarak yang ditempuh tidaklah jauh.
Jalan kaki merupakan salah satu wujud dari sehat jasmani. Dalam medis, jalan kaki memiliki proses yang kompleks yang membutuhkan beberapa mekanisme saraf dan struktur pada ekstremitas inferior (anggota gerak tubuh bagian bawah). Ketika seseorang berjalan kaki, akan berlangsung siklus gait (berjalan) yang bermula pada tumit salah satu kaki mengenai lantai (heel strike) hingga heel strike selanjutnya pada kaki yang sama, dimana siklus ini akan mencapai puncaknya pada tahapan 100% atau tahapan total siklus berjalan. Saat seseorang berjalan, dibutuhkan hal-hal berikut ini: mekanisme refleks yang sederhana pada medulla spinalis, refleks tegak untuk mempertahankan posisi, integrasi fungsi motorik dari korteks piramidalis, mekanisme otomatis melalui ganglia basalis untuk postur tubuh, fungsi koordinasi cerebellum, dan unsur sensorik terutama proprioseptif untuk menginformasikan posisi diri, sehingga proses jalan kaki dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
Jalan kaki merupakan aktivitas fisik yang mudah dilakukan semua orang. Jalan kaki tidak membutuhkan biaya sepeserpun, sehingga secara tidak langsung akan menghemat finansial seseorang karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli bahan bakar kendaraan bermotor, dan cukup bermodalkan dari asupan energi yang berasal dari nutrisi. Jalan kaki tidak membutuhkan alat atau sarana apapun, karena jalan kaki cukup bermodalkan kaki dan alas kaki yang syar’i, sehingga seseorang tidak perlu repot-repot membeli dan merawat alat atau sarana jalan kaki. Dengan berjalan kaki, seseorang sama saja melakukan aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran tubuh, karena ketika seseorang berjalan kaki akan terjadi proses metabolisme tubuh yang ditandai dengan keluarnya keringat dari kelenjar keringat pada kulit. Berjalan kaki memang menghabiskan waktu, yang seharusnya cukup menggunakan waktu 5 menit dengan ditempuh oleh kendaraan bermotor, justru menjadi 10 menit dengan ditempuh oleh jalan kaki. Hal ini dapat disiasati dengan cara berangkat lebih awal dari waktu biasanya, supaya sampai di tempat tujuan tetap tepat waktu. Para pejalan kaki tidak perlu khawatir dengan kemacetan, karena kemacetan hanya berlaku untuk pengendara kendaraan bermotor. Justru, dengan berjalan kaki seseorang telah berkontribusi dalam mengurangi angka kemacetan.
Beban mental merupakan salah satu momok pada masyarakat untuk menerapkan kebiasaan jalan kaki. Beberapa orang menganggap bahwa jalan kaki merupakan hal yang memalukan, kuno, dan tidak sesuai perkembangan zaman. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa jalan kaki hanya dilakukan oleh orang-orang yang berstatus sosial rendah. Padahal semua manusia sama di hadapan Allah, kecuali ketaqwaan masing-masing, sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Ali ‘Imran ayat 139 yang artinya “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” Sebagai umat Islam, tak perlu berkecil hati bila ingin berjalan kaki, tetap percaya diri untuk melakukan hal ini, walaupun banyak orang yang mencercai. Allah pun telah berjanji sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Al Zalzalah ayat 7 yang artinya, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
Penyakit degeneratif atau non-communicable desease seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), obesitas (kegemukan), diabetes mellitus (kencing manis), penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), kebanyakan disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, yang salah satunya adalah jarang beraktivitas fisik. Jalan kaki bisa menjadi salah satu jalan keluar bagi mereka yang mengalami penyakit degeneratif. Di sisi lain jalan kaki memiliki nilai positif dalam aspek sosial dan ekonomi, jalan kaki juga memiliki nilai positif dalam aspek kesehatan, yang salah satunya adalah jalan kaki sebagai upaya terapi non-farmakologi pada penderita penyakit degeneratif.
Dalam ibadah sholat, berjalan kaki memiliki beberapa keutamaan. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya “Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju salah satu dari rumah Allah (yaitu masjid) untuk menunaikan kewajiban yang telah Allah wajibkan, maka salah satu langkah kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya akan meninggikan derajatnya.” Hadits tersebut menunjukkan bahwa setiap kaum Adam yang akan menunaikan sholat ke masjid dengan jalan kaki, maka setiap langkah kakinya dapat menghapuskan dosa yang dimilikinya dan dapat meninggikan derajatnya.
Tak hanya berlaku saat berangkat untuk memenuhi panggilan adzan saja, jalan kaki pun memiliki keutamaan bagi orang-orang yang pulang dari masjid seusai menunaikan sholatnya. Hal ini berdasarkan hadist berikut ini: Dari Ubay bin Ka’ab berkata, “Dulu ada seseorang yang tidak aku ketahui seorang pun yang jauh rumahnya dari masjid selain dia. Namun dia tidak pernah luput dari sholat. Kemudian ada yang berkata padanya atau aku sendiri yang berkata padanya, ‘Bagaimana kalau engkau membeli unta untuk dikendarai ketika gelap dan ketika tanah dalam keadaan panas.’ Orang tadi lantas menjawab, ‘Aku tidaklah senang jika rumahku di samping masjid. Aku ingin dicatat bagiku langkah kakiku menuju masjid dan langkahku ketika pulang kembali ke keluargaku.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh Allah telah mencatat bagimu seluruhnya.’” (HR. Muslim no. 1546). Dan An Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa langkah kaki ketika pulang dari shalat akan diberi ganjaran sebagaimana perginya.”
Jati diri seorang muslim tercermin dari kepribadian dirinya, dan kepribadian diri seorang muslim merupakan kunci sukses dalam meraih dunia dan akhirat. Salah satu kepribadian seorang muslim, adalah qowiyyul jismi. Sebagai umat yang beraqidah Islam, yang memiliki keimanan teguh dan pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan perintah-Nya dan penjauhan larangan-Nya, maka sudah sepatutnya kita mencoba untuk menerapkan pola hidup berupa jalan kaki untuk mencapai suatu lokasi yang jarak tempuhnya tidak jauh, karena jalan kaki merupakan salah satu upaya sehat jasmani (qowiyyul jismi).
(Catatan: tulisan ini pernah dilombakan pada Metamorphosa Competition 2016)
top
ReplyDelete