Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2018

Featured Post

Membangun Generasi Emas

Mahasiswa kedokteran pasti memiliki planning ke depan akan lanjut ke mana dan sebagai apa. Kenyataannya, apabila kita bertanya ke mereka "mau lanjut spesialis apa, niih ?" Pasti kebanyakan akan menjawab obsgyn ( obstetry dan gynecology   a.k.a kebidanan dan kandungan) atau bedah atau penyakit dalam, dengan dalih uangnya paling banyak #ppfftt. Dan itu memang realita yang ada di mahasiswa kedokteran #curcol. Padahal ada satu ilmu kedokteran spesialistik yang menentukan masa depan manusia, yaitu ilmu kedokteran spesialis anak. Anak adalah suatu masa yang perlu kita jaga dengan sebaik mungkin. Apabila anak kita telantarkan, maka akan berdampak buruk untuk ke depannya. Masa anak-anak yang dimaksud di sini adalah mulai dari masa fertilisasi (pembuahan) antara sel spermatozoa  (sel jantan) dan sel ovum  (sel betina), lalu lahirlah neonatus  (bayi baru lahir), dan tumbuh berkembanglah menjadi anak-anak. Anak-anak adalah generasi emas, generasi yang akan menentu...

Malam yang Sama

Menempuh perjalanan tengah malam Menembus dinginnya angin malam Memecah heningnya kesunyian malam Semua itu dilakukan seorang diri Kau melakukannya seorang diri Aku pun melakukannya sendiri Malam ini memang malam yang sama Malam menjelang Hari Raya Idul 'Adha Malam hari Rabu di bulan kedelapan Malam di tahun ketika usia kita memasuki kepala dua Malam ini adalah malam yang sama Sama-sama kita lalui Sama-sama kita lewati Dengan berkelana menuju ayah ibu yang telah menanti (Puisi ini ditulis pada 21 Agustus 2018 Pkl. 23.03 WIB, dan dipersembahkan untuk seorang kawan yang sama-sama akan melakukan perjalanan di tengah malam)

Sang Pemimpi yang Siap Memimpin

Bukan parasmu Bukan apa-apa yang menjadi milikmu Dan bukan pula kedudukanmu Tapi tingkah lakumu Biar lisanmu terkadang setinggi langit Walau nalarmu terkadang setajam pedang Tapi itu tetap dirimu Dirimu yang pemalu Dirimu yang tawadhu' Dan dirimu yang mampu membuat orang terharu Rendah hati dalam kepedulian Pantang menyerah dalam mencari ilmu dunia dan akhirat Visioner dalam berparadigma Itulah dikau, wahai Sang Pemimpi Kaulah Sang Pemimpi Bukan sekedar pemimpi di siang bolong Bukan pula pemimpi yang tak berdasar Tapi Sang Pemimpi yang siap memimpin Yang siap memimpin diri sendiri Yang siap memimpin bahtera impian diri Dan siap memimpin negeri tercinta ini Kaulah Sang Pemimpi yang siap memimpin (Puisi ini ditulis pada 13 Agustus 2018 Pkl. 20.50, dan dipersembahkan untuk seorang kawan yang penasaran akan kehidupan)

Wahai Tuan yang Berkawan

Pria Itulah identitas sosok yang berdiri di sana Kuat Itulah kondisi sosok yang masih bergulat di sana Tangguh Itulah kelebihan yang dimiliki sosok yang bersiap siaga di sana Wahai Tuan Ya memang engkau adalah tuan Bukan tuan sembarang tuan Bukan tuan yang hanya duduk berdiam diri Bukan tuan yang sekedar menikmati secangkir kopi di pagi hari Dan bukan tuan yang senantiasa menebarkan pesonanya ke sana ke sini Engkaulah Tuan yang berkawan Bukan kawan yang mencari lawan Tapi kawan yang menganggap lawan tetaplah kawan Kaulah kawan semesta alam (Puisi ini ditulis pada bulan Juli 2018 dan dipersembahkan untuk seorang kawan sebagai wujud apresiasi atas kegigihannya)

Malammu Tak Seperti Malam Mereka

Malam ini memang tenang Malam ini memang sunyi Tapi, ketenangan dan kesunyian yang kau rasakan, tidak dirasakan mereka yang ada di sana Ketika kau telah bersiap untuk beristirahat Atau ketika kau masih begadang demi menyelesaikan tugas Atau bahkan ketika kau sudah tertidur lelap di awal malam Mereka tergopoh-gopoh untuk mencari tempat berlindung di sana Mereka penuh waswas barangkali terjadi gempa dadakan Mereka cemas nan penuh harap terhadap datangnya bantuan Sesungguhnya malammu tak seperti malam mereka Maka luangkanlah waktumu sejenak, untuk berdo'a bagi keselamatan mereka Sesungguhnya belum tentu malam yg kau temui hari ini, akan kamu temui di hari esok Maka tetaplah bersyukur dengan apapun kondisimu saat ini (Puisi ini ditulis pada tanggal 5 Agustus 2018 sesaat setelah terjadi gempa di Nusa Tenggara Barat. Puisi ini dipersembahkan untuk Adinda dan Ananda "Pejuang Surga" sebagai teman yang akan menemani dan mengingatkan pesan dalam puisi ini)

Bukan Selamat

Hari itu adalah hari spesial untukmu Hari itu bukanlah hari seperti harimu Hari itu engkau terlihat terpukau Statusmu telah berganti Peranmu segera beralih Tugasmu telah menanti Engkaulah yang dinanti-nanti Engkaulah sosok yang berarti Engkaulah sang dokter yang siap mengabdi Bukan selamat Bukan sapaan Bukan ucapan yang ingin kami persembahkan Hanya satu yang ingin kami persembahkan Do'a terbaik untukmu wahai kakak tersayang (Puisi ini ditulis pada tanggal 24 Juli 2018, sebagai permohonan maaf atas ketidakhadiran di perhelatan Sumpah Dokter salah satu senior dan sebagai persembahan untuknya)