Skip to main content

Featured Post

Membangun Generasi Emas

Mahasiswa kedokteran pasti memiliki planning ke depan akan lanjut ke mana dan sebagai apa. Kenyataannya, apabila kita bertanya ke mereka "mau lanjut spesialis apa, niih ?" Pasti kebanyakan akan menjawab obsgyn ( obstetry dan gynecology   a.k.a kebidanan dan kandungan) atau bedah atau penyakit dalam, dengan dalih uangnya paling banyak #ppfftt. Dan itu memang realita yang ada di mahasiswa kedokteran #curcol. Padahal ada satu ilmu kedokteran spesialistik yang menentukan masa depan manusia, yaitu ilmu kedokteran spesialis anak. Anak adalah suatu masa yang perlu kita jaga dengan sebaik mungkin. Apabila anak kita telantarkan, maka akan berdampak buruk untuk ke depannya. Masa anak-anak yang dimaksud di sini adalah mulai dari masa fertilisasi (pembuahan) antara sel spermatozoa  (sel jantan) dan sel ovum  (sel betina), lalu lahirlah neonatus  (bayi baru lahir), dan tumbuh berkembanglah menjadi anak-anak. Anak-anak adalah generasi emas, generasi yang akan menentu...

NCD Mengancam Generasi Penerus Bangsa

Apa itu NCD? New Castle Disease-kah?

NCD yang dimaksud di sini adalah Non Communicable Disease atau yang lebih akrab dengan istilah ‘penyakit tidak menular’ karena disebabkan oleh penyakit non-infeksi. Penyakit yang juga dikenal dengan istilah Degenerative Disease ini, adalah kondisi medis atau penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi dan tidak disebarkan di antara manusia. NCD dapat berupa penyakit yang mempunyai durasi lama dan berkembang secara lambat atau dapat berupa penyakit yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Penyakit yang dapat berupa penyakit jantung, stroke, cancer, asma, diabetes, ginjal kronis, osteoporosis, alzheimer, dan katarak ini, terkadang dianggap oleh masyarakat awam sebagai penyakit kronis dengan durasi penyakit yang lama dan disebabkan oleh penyakit infeksi, misalnya HIV/AIDS. Jadi, mari kita luruskan pemahaman kita bahwa HIV/AIDS bukan termasuk NCD.

Dipandang dari segi etiologi atau dari segi penyebabnya, NCD dapat timbul karena adanya modifiable risk factor atau faktor yang dapat dikendalikan dan unmodifiable risk factor atau faktor yang tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan di antaranya adalah usia dan keturunan, karena dengan bertambahnya usia kemungkinan seseorang memiliki NCD akan lebih besar, dan NCD juga bisa terjadi saat embriogenesis berlangsung secara tidak sempurna. Sedangkan faktor yang bisa dikendalikan di antaranya diet yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan kurang aktivitas fisik.

Selain dua faktor di atas, ada faktor lain yang mempengaruhi timbulnya NCD, yaitu faktor sosial dan ekonomi. Semakin miskin status sosial ekonomi suatu keluarga, maka semakin besar kemungkinan anggota keluarga tersebut terkena NCD. Dengan adanya faktor sosial ekonomi, kebutuhan pangan berupa asupan gizi pada anggota keluarga, akan berdampak besar pada perilaku dan kebiasaan anggota keluarga. Misalnya, dengan uang yang pas-pas-an, tidak mungkin suatu keluarga mampu membeli makanan bergizi yang harganya sudah jelas mahal. Karena orang tua tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya, sang anak pun secara bebas berkeliaran menjalani kehidupan di jalanan sambil merokok dan menenggak oplosan. Sehingga, sudah sangatlah jelas, bahwa status sosial ekonomi suatu keluarga yang berada di posisi menengah ke bawah lebih rentan terkena NCD.

Berdasarkan pandangan etiologi di atas, maka seseorang hanya bisa menghindari terjadinya NCD dengan cara mengendalikan faktor risiko yang dapat dikontrol, sehingga terhindar dari obesitas, tekanan darah tinggi, glukosa darah tinggi, serta kadar lipid dalam darah tinggi yang semuanya akan bermuara pada penyakit-penyakit tidak menular atau NCD. Selain obesitas dan sindroma metabolik, salah satu pintu masuk terjadinya NCD yang perlu mendapatkan perhatian, khususnya perhatian dari pemerintah adalah stunting.

Lalu apa hubungannya stunting dengan NCD?

Sebelum kita membahas mengenai korelasi antara stunting dan NCD, alangkah baiknya apabila kita membahas stunting terlebih dahulu.

Stunting adalah keadaan di mana tinggi badan anak berada di bawah standar pada umur tertentu. Standar yang digunakan adalah World Health Organisation (WHO). Stunting tidak bisa dianggap remeh. Balita yang mengalami stunting akan terganggu masa pertumbuhannya atau tumbuh tidak normal setelah melewati usia pertumbuhan. Stunting bukanlah suatu kondisi kronis yang bisa menyebabkan tingginya angka kematian, tapi dapat berdampak buruk terhadap prestasi dan kualitas kesehatan anak di masa depan.

Kondisi yang berupa gangguan tumbuh kembang pada anak tersebut, juga dapat terjadi karena asupan gizi yang kurang hingga kronis bahkan menahun. Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan fisik, produktivitas, dan otak penderita stunting tidak optimal, sehingga ketika sudah dewasa akan cenderung mengalami obesitas yang berisiko menderita diabetes, jantung dan pembuluh darah, dan Non Communicable Disease. Jika jumlah penderita stunting terus meningkat, maka hal ini akan menjadi ancaman bagi bangsa kita Bangsa Indonesia tercinta, karena akan semakin banyak generasi yang tidak berkualitas.

Untuk mengurangi terjadinya NCD pada penderita stunting, dapat dilakukan beberapa upaya, salah satunya adalah dengan melakukan intervensi pada anak penderita stunting saat usianya belum mencapai 24 bulan. Karena pada usia anak kurang dari 24 bulan, dapat menaikkan berat badan dengan cepat dan pertumbuhan tinggi badannya juga cepat, sehingga terjadi keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan anak, dan pada akhirnya anak menjadi tidak stunting lagi, dan risiko menderita NCD semakin terkurangi.

Dengan adanya fenomena stunting dan NCD tersebut, maka WHO dan beberapa negara membuat kebijakan sebagai gerakan untuk mencegah anak yang stunting sebagai upaya penyelamatan anak-anak dari lost generation, dengan nama Scaling Up of Nutrition (SUN). Harapannya, gerakan ini mampu mengatasi masalah gizi terutama pada penderita stunting dan mampu mencapai Millenium Development Goals (MDG).

Jadi, berdasarkan paparan di atas, kita dapat mengambil intisarinya, bahwa NCD bukanlah penyakit menular yang sifatnya non-infeksi. NCD dapat berupa penyakit yang menahun bahkan bisa menyebabkan kematian mendadak. NCD terjadi karena beberapa faktor dan karena beberapa penyebab. Salah satu penyebabnya adalah stunting, dimana kondisi tinggi badan anak rendah, yang ujung-ujungnya akan mengakibatkan tidak berkualitasnya generasi penerus Bangsa Indonesia ini.

Semoga tulisan ini dapat menggugah kesadaran pihak pemerintah untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat dan kesehatan rakyat. Sehingga generasi yang dihasilkan adalah generasi Indonesia yang unggul. :)


(Essay OPREC BPN-ISMKI Divisi Spektrum 2014)

Comments

Popular Post

Bukan Surat Kaleng-Kaleng

Tanpa disengaja aku menemukan secarik kertas di tumpukan textbook-textbook kedokteran yang memenuhi ruang kamar layaknya perpustakaan. Tanpa aku sadari, ternyata secarik kertas tersebut merupakan sepucuk surat. Ya, surat yang bukan sekedar surat kaleng-kaleng. Surat tersebut aku sebut sebagai bukan surat kaleng-kaleng karena isi suratnya memang bukan kaleng-kaleng. Di dalam surat tertuliskan, "Assalamu'alaikum!! Halo Mbak Tut!!! Seneng bisa ketemu sama Mbak Tut, cantik, sholehah, pinter, dokter muda :) Mbak Tuti sayang, semoga Allah selalu meridhoi langkah dan niat-niat baik Mbak Tuti :) Aamiin* Semoga kita bisa bertemu kembali di lain waktu ya Mbak Tut cantik <3 Salam sayang, Anggi." Selepas membaca surat tersebut, memoriku pun mencoba untuk merekam kembali kejadian apa yang telah terjadi sehingga menimbulkan keberadaan surat tersebut. Ah, ternyata kejadian itu terjadi di Kota Solo tercinta, tepatnya di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS...