Mahasiswa kedokteran pasti memiliki planning ke depan akan lanjut ke mana dan sebagai apa. Kenyataannya, apabila kita bertanya ke mereka "mau lanjut spesialis apa, niih ?" Pasti kebanyakan akan menjawab obsgyn ( obstetry dan gynecology a.k.a kebidanan dan kandungan) atau bedah atau penyakit dalam, dengan dalih uangnya paling banyak #ppfftt. Dan itu memang realita yang ada di mahasiswa kedokteran #curcol. Padahal ada satu ilmu kedokteran spesialistik yang menentukan masa depan manusia, yaitu ilmu kedokteran spesialis anak. Anak adalah suatu masa yang perlu kita jaga dengan sebaik mungkin. Apabila anak kita telantarkan, maka akan berdampak buruk untuk ke depannya. Masa anak-anak yang dimaksud di sini adalah mulai dari masa fertilisasi (pembuahan) antara sel spermatozoa (sel jantan) dan sel ovum (sel betina), lalu lahirlah neonatus (bayi baru lahir), dan tumbuh berkembanglah menjadi anak-anak. Anak-anak adalah generasi emas, generasi yang akan menentu...
IMM sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah merupakan rumahnya para mahasiswa yang memperjuangkan pergerakan Muhammadiyah. Dengan ranah gerakannya di bidang religiusitas, intelektualitas, dan humanitas, tidak menutup kemungkinan bila di antara aktivis IMM terjalin sebuah hubungan layaknya impuls saraf yang terjalin di antara sel-sel saraf neuron. Sebagaimana dikutip dari motto hidup salah satu tokoh LSIK (Lembaga Studi Islam dan Kemuhammadiyahan) Unimus yang pernah menjadi pembicara di kegiatan DAD (Darul Arqam Dasar) salah satu komisariat di Unimus, bahwa “Hidup-hidupilah IMM, dan temukanlah cinta di IMM”, maka memang wajar apabila para aktivis IMM menemukan cintanya di organisasi yang mereka jalani ini.
Dalam pepatah Bahasa Jawa yang sudah tidak asing lagi yaitu, "witing tresna jalaran saka kulina" yang berarti timbulnya cinta karena kebiasaan yakni terbiasa berkomunikasi dan berinteraksi. Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang terlalu sering berkecimpung di dalam organisasi tersebut, sehingga menuntut mahasiswa tersebut untuk berinteraksi dengan rekan se-organisasinya demi jalannya program kerja organisasi tersebut, maka pada akhirnya dapat menimbulkan perasaan yang berbeda dari biasanya, dimana perasaan tersebut dikenal dengan istilah cinta.
Rasa yang kita kenal dengan istilah cinta timbul dari proses regulasi yang terjadi di enchepalon (otak), dimana dalam otak terdapat bagian yang bernama Corpus Amygdala. Corpus Amygdala ini berfungsi sebagai pengendali atau penanggung jawab dalam sistem saraf emosi, salah satunya rasa cinta. Allah berfirman dalam Al Qur’an Surah Ar Ruum ayat 21 yang artinya, “Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya adalah Dia menciptakan pasangan-pasangan bagi kalian dari jenis kalian, agar kalian merasa tenang pada pasangan kalian dan Dia menjadikan di antara kalian rasa kasih sayang dan cinta. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir.” Maka sudah jelas bahwa rasa cinta merupakan fitrah dari Allah SWT.
Seorang IMMawan menaruh perasaan kepada seorang IMMawati. Begitu pula dengan si IMMawati yang ternyata memiliki perasaan yang sama dengan si IMMawan tadi. Awalnya mereka berdua tidak mengetahui bahwa satu dan lainnya merasakan perasaan yang sama. Namun, seiring berjalannya waktu, terbongkarlah bahwa mereka memiliki perasaan satu sama lain. Dengan kondisi seperti ini, IMMawan dan IMMawati yang statusnya masih mahasiswa dan single (a.k.a jomblo) harus mampu memutuskan sikap. Mengambil jalan pacaran, itu bukanlah pilihan yang baik, justru itu merupakan pilihan yang membobrokkan moral. Mengambil jalan friend zone atau kakak adik zone atau HTS (Hubungan Tanpa Status), juga bukan pilihan yang tepat, karena itu merupakan jalan menuju perzinaan. Mengambil jalan nikah, sebenarnya ini pilihan yang tepat, tetapi belum tepat karena status si IMMawan dan IMMawati masih mahasiswa yang dituntut orang tua masing-masing supaya menyelesaikan studinya sebelum menikah. Lalu, jalan mana yang harus ditempuh? Galau, baper (bawa perasaan), gegana (gelisah galau merana), dan shalat istiqarah pun dialami oleh kedua insan manusia ini. Hingga pada akhirnya IMMawan dan IMMawati yang dilanda cinta tadi memutuskan untuk menyimpan rasa yang mereka miliki masing-masing, tanpa ada hubungan maupun status spesial yang akan mengantarkan ke neraka jahannam.
Dalam Al Qur’an Surah Al Isra’ ayat 32 disebutkan bahwa, “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” dan dalam sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa “Barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menekan syahwatnya.”. Itulah solusinya apabila kita mengalami masalah seperti kasus di atas (bukan seperti kasus di diskusi tutorial).
Perasaan cinta yang terjalin di antara aku, kau, dan IMM, tidak perlu kita bingkai dengan status pacaran, cukuplah kita bingkai dengan status pernikahan apabila aku dan kau memang sudah siap. Namun, bila aku dan kau belum siap untuk menikah, maka berpuasalah dan tidak saling mengusik kehidupan satu sama lain. Cinta itu mengambil kesempatan atau mempersilahkan yang lain, seperti kisah cinta antara Fatimah dengan Ali. Layaknya pertemuan antara sel spermatozoa (sel jantan) dengan sel ovum (sel betina) dalam proses kapasitasi-konsepsi (proses awal terbentuknya bayi), maka bila kau dan aku memang diciptakan untuk berjodoh, pastilah suatu saat cinta kita akan dipertemukan oleh Allah.
Tulisan ini terinspirasi dari kisah nyata salah satu IMMawan dan IMMawati Komisariat Ar-Razy Unimus
Ditulis untuk Buku Panduan MASTA Unimus 2015
Note: waspadalah, apabila muncul baper, setelah membaca tulisan ini :D
MasyaAllah.. good mbak 😍👍
ReplyDeleteyuk, Nur, nulis (selain nulis bungarampai, maksudku :D)
Delete